Welcome To My Blog

you get what you give, respect that!

Sabtu, 22 Mei 2010

Menerima Diri Sendiri

Hari ini saya mau berbagi kisah dengan teman-teman semua, kisah tentang pentingnya kita menerima keadaan diri kita sendiri ini berjudul " Kisah Seorang Pemecah Batu", semoga kisah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan untuk kita semua. Enjoy it!! :)

Kisah Pemecahan Batu


Seorang pemecah batu karang mengeluhkan keberadaan dirinya.

“An, Tuhan tidak adil. Setiap bekerja aku pasti kepanasan. Betapa enaknya menjadi matahari. Ia tidak perlu bersusah-paya seperti aku. Jika Tuhan adil, aku ingin mejadi matahari.”

Tuhan mengabulkan permintaan pemecah batu. Dalam waktu sekejap ia berubah menjadi matahari. Betapa bangganya ia. Dengan sekuat tenaga, ia menyinarkan cahayanya keseluruh bumi hingga manusia menjadi kegerahan. Tetapi, tiba-tiba awan hitam menutup sinarnya. Cahaya yang kuat tak mampu menembusnya.

Ah, Tuhan tidak adil. Ternyata ada yang lebih kuat daripada aku. Jika Tuhan adil, aku ingin menjadi awan hitam.”

Tuhan mengabulkan permintaan matahari. Dalam sekejap, ia berubah menjadi awan hitam. Dengan congkaknya, sang awan berkeliling dunia dan menggelapkan isinya. Di tengah rasa bangganya, tiba-tiba bertiuplah angina dengan, sangat kencang hingga awan hitam itu bercerai-berai. Sang awan menjadi marah.

“Tuhan, engkau sungguh tidak adil. Ternyata angin dapat mengalahkanku. Kalau begitu, jadikan aku sebagai angin.”

Dalam sekejap awan berubah menjadi angin. Dengan kekuatannya ia bertiup kencang sehingga banyak rumah dan pohon yang roboh. Ia merasa menjadi yang paling hebat hingga akhirnya ia menghantam batu karang. Tetapi, batu karang itu tetap tegak berdiri tidak goyah. Berkali-kali ia menghantam batu karang. Tetapi, jangankan hancur, beranjak sedikit pun tidak. Angina menjadi jengkel.

“Tuhan jadikan aku batu karang agar aku dapat menahan angin.”. Tuhan sekali lagi mengabulkan permintaannya. Batu karang itu yakin bahwa tidak ada yang dapat mengalahkannya. Sampai suatu hari, ada seorang laki-laki tua dengan bertelanjang dada membawa alat pemecah batu. Sedikit demi sedikit, laki-laki itu memecahkan batu karang hingga menjadi batu-batu kecil. Batu karang menjadi sadar bahwa ia harus kembali menjadi pemecah batu karang. Tuhan memberikan pelajaran kepada orang yang tidak pernah puas dan senang membandingkan dirinya dengan orang lain.


- Pendapat Saya terhadap Cerita Tersebut

Setelah membaca kisah yang berjudul kisah pemecah batu tersebut saya langsung berfikir tentang sebuah quotes atau kata bijak yang cukup popular yang berbunyi “Jadilah diri sendiri!”, yang jika saya dengar sekilas, seakan kata-kata tersebut adalah kata-kata yang tidak memiliki makna. Namun setelah saya membaca cerita ini, hal tersebut menimbulkan inspirasi baru dalam pemikiran saya, Menjadi diri sendiri dapat membuat kita memiliki fondasi kepribadian yang kuat. Memang, untuk menjadi diri sendiri tidaklah mudah dan adanya kecenderungan tidak puas dengan yang sudah kita miliki dan selalu melihat kelebihan orang lain. Hal ini sama dengan yang dialami dalam kisah pemecah batu, ia tidak pernah puas akan keadaan yang ada pada dirinya, ia selalu melihat kelebihan yang dipunya oleh orang lain dan menginginkannya tanpa menyadari bahwa pasti ada sisi buruk yang menjadi kekurangan dari kelebihan yang ia lihat. Semua sisi kebaikan pasti diikuti dengan sisi kekurangan. Untuk itu, menjadi diri sendiri bukanlah sekedar menerima apa adanya diri saya sekarang sebagai penonjolan diri atau mementingkan diri saya sendiri. Menjadi diri sendiri akan membuat diri kita semakin besar rasa hormat kepada orang lain, semakin kita mengerti diri sendiri maka Anda akan lebih mengerti sikap dan pengertian terhadap hak-hak orang lain. Menjadi diri sendiri berarti kita telah berhenti berpura-pura menjadi orang lain, Kita tidak lagi takut untuk tidak memenuhi harapan orang lain. Ini bukan berarti bahwa kita tidak mempedulikan pikiran-pikiran orang lain. Tentu saja kita peduli, hanya saja kitalah yang mengarahkan kehidupan kita sendiri dan kitalah sendiri yang mengatasi rasa ketakutan itu dari pilihan-pilihan yang ada. Ketulusan adalah hal utama, kita dapat menerima sisi baik dan buruk dari diri kita sendiri dan justru menjadikan sisi buruk tersebut menjadi keunggulan yang ada dalam hidup kita.


Berdasarkan kisah tersebut, saya menyikapinya dengan menyadari bahwa semua orang memiliki pribadi yang berbeda termasuk saya, baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Setiap orang memiliki ciri khas dan karakter masing-masing. Hal ini menyiratkan bahwa di satu sisi kita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain tetapi di sisi lain kita juga mempunyai kekurangan dibanding orang lain. Kesadaran seperti ini akan membantu kita merasa aman dan nyaman dalam menerima kondisi kita yang sesungguhnya. Selain itu saya juga harusmengenali diri saya sendiri, Secara fisik kita tentu telah mengenali diri kita dengan baik. Tetapi hal-hal fisik tidak cukup untuk mengenali diri sendiri. kita dituntut untuk mengenali hal-hal yang bersifat non-fisik seperti bagaimana sifat, watak, kebiasaan, dan kepribadian kita. Dari hal-hal seperti inilah kualitas diri kita akan terbentuk. Yang terakhir adalah jangan menyesali kekurangan yang ada pada diri kita, dengan tidak membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain dan melakukan evaluasi diri sendiri untuk mencapai apa yang kita inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai hambatan maupun hal yang memperlancar kesuksesan kita.


Bagaimana dengan pendapat teman-teman semua?? Jangan lupa tinggalkan Comment.

Regards.

Jihan :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar